Operasional: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Operasional: Senin - Jumat | 09:00 - 20:00 WIB - Sabtu | 09:00 - 16:00 WIB

Atur jadwal kedatangan terlebih dahulu

Katarak Kongenital: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Penanganan

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia dan juga di Indonesia. Jika selama ini kita umumnya mengenal katarak sebagai penyakit orang tua, ternyata katarak juga bisa terjadi pada anak dan bayi. Istilahnya katarak kongenital. Apa saja gejala dan penyebabnya serta bagaimana diagnosis dan penangannya?

katarak kongenital

Prevalensi katarak pada anak ini memang jauh lebih sedikit daripada katarak pada orang dewasa. Namun, kita tetap perlu waspada dan mengantisipasinya karena biasanya anak tidak mampu mengungkapkan gejala yang ia alami.

Oleh karenanya, penting bagi kita para orang tua untuk mengenal katarak jenis ini. Sehingga kita tahu gejalanya dan segera menghubungi dokter di saat yang tepat. Sebab katarak pada bayi ini berpotensi menyebabkan gangguang penglihatan hingga kebutaan.

Mengetahui penyebabnya juga membantu kita untuk mengambil langkah antisipatif atau pencegahan. Minimal mengurangi risiko dan komplikasinya.

Pengertian Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa mata pada bayi yang terjadi sejak lahir. Kekeruhan lensa mata ini karena masalah pada saat kehamilan. Ia merupakan bagian dari katarak pediatrik (katarak pada anak).

Lensa mata adalah bagian mata di belakang pupil yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Pada mata normal, lensa ini jernih dan transparan membuat mata bisa melihat objek dengan jelas. Ketika lensa mata keruh, cahaya yang masuk ke mata menjadi tersebar objek tampak kabur, terdistorsi, tidak jelas.

Katarak pada bayi dan anak ini bisa terjadi langsung pada dua mata, bisa juga hanya pada salah satu mata. Baik terjadi pada kedua mata atau salah satunya, katarak kongenital akan mengganggu penglihatan dan menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu, penyakit mata pada bayi dan anak ini perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca juga: Strabismus

Gejala Katarak Kongenital

Gejala katarak pada bayi ini sulit terlihat secara kasat mata oleh orang umum. Dokter yang berpengalaman bisa mendeteksi gejalanya khususnya setelah melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan juga dibutuhkan dalam rangka penegakan diagnosis. Memastikan apakah bayi atau anak tersebut menderita katarak atau tidak.

Di antara gejala katarak kongenital adalah sebagai berikut:

  • Lensa mata keruh
  • Mata terlihat berwarna keputihan saat terkena cahaya
  • Mata kurang responsif terhadap cahaya
  • Gerakan mata tidak terkendali (nistagmus)
  • Sulit membedakan warna

Gejala terakhir ini dapat diketahui pada anak-anak dengan menanyakan warna apa yang ia lihat. Atau melalui pemeriksaan layaknya pemeriksaan buta warna.

Penyebab Katarak Kongenital

Berbeda dengan katarak pada orang dewasa yang mayoritas penyebabnya adalah penuaan, penyebab katarak kongenital antara lain sebagai berikut:

1. Infeksi

Penyebab pertama terjadinya katarak sejak dalam kandungan adalah penyakit infeksi yang diderita ketika hamil. Penyakit infeksi paling umum adalah campak atau rubella. Selain itu, ada beberapa penyakit infeksi lainnya yang bisa menjadi penyebab. Antara lain cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, influenza, poliomyelitis, toksoplasmosis, virus Epstein-Barr, dan sifilis.

2. Faktor genetik

Penyebab katarak kongenital berikutnya adalah faktor keturunan (genetik). Kekeruhan lensa mulai terjadi saat pembentukan protein. Ketika terjadi kelainan selama proses ini, lensa mata tidak dapat mempertahankan transparansinya sehingga menjadi keruh. Kekeruhan pada lensa mata inilah yang dikenal sebagai katarak. Karena terjadi pada bayi, ia adalah jenis kongenital.

3. Kelahiran prematur

Penyebab lainnya adalah kelahiran prematur. Sebab ketika bayi lahir prematur, pada saat itu sangat mungkin lensa mata belum terbentuk dengan sempurna sehingga tidak bisa jernih sempurna.

4. Efek samping obat

Obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil juga bisa menjadi penyebab terjadinya katarak pada bayinya. Oleh karena itu, jangan mengonsumsi obat sembarangan. Sebab, obat-obatan tertentu seperti tetracycline bisa menjadi penyebab katarak pada bayi.

Penegakan Diagnosis

katarak kongenital

Sebagaimana penyakit lain pada umumnya, langkah pertama penegakan diagnosis katarak ini adalah dengan anamnesis. Bedanya, pengumpulan informasi dan keterangan berasal dari ibunya karena si bayi masih belum bisa bicara. Dalam anamnesis ini, dokter mengumpulkan informasi lengkap mulai dari riwayat kehamilan, riwayat penyakit ibu hamil dan obat-obat selama kehamilan, hingga riwayat kelahiran.

Dalam mendiagnosis katarak ini, selain melakukan pemeriksaan fisik pada mata bayi dengan slit-lamp, juga pemeriksaan fundus atau ultrasound sesuai kebutuhan. Dokter mata juga melakukan sejumlah pemeriksaan tambahan, seperti oftalmoskopi, pemeriksaan tekanan bola mata, tes darah, hingga CT scan dan USG mata.

Baca juga: Cara Mengobati Katarak

Penanganan Katarak Kongenital

Setelah penegakan diagnosis bahwa bayi mengalami katarak, perlu segera penanganan berikutnya. Terlebih jika penderita kongenital ini sudah anak-anak, bukan bayi lagi. Sebab membiarkan katarak pada anak bisa menghambat penglihatan hingga menimbulkan kebutaan.

Oleh karena itu, perlu segera operasi katarak guna mengganti lensa mata alami yang keruh dengan lensa mata buatan yang jernih. Operasi katarak pada bayi dan anak ini harus sedini mungkin –tetapi tetap sesuai waktu operasi optimal- untuk menjamin penglihatan bayi cukup bisa untuk berkembang dengan normal.

Pada bayi yang telah pasti penegakan diagnosisnya bahwa ia mengalami katarak kongenital, menurut sebagian ahli, waktu yang tepat untuk operasi katarak kongenital adalah antara usia 6 pekan hingga 3 bulan.

Pada katarak kongenital unilateral, usia operasi optimal adalah 4 – 6 pekan. Operasi katarak pada usia kurang dari 4 pekan berisiko tinggi mengalami glaukoma afakia. Sedangkan pada katarak bilateral, usia operasi optimal adalah usia 8 – 10 pekan. Operasi katarak pada periode usia optimal juga bisa mencegah terjadinya ambliopia (mata malas).

Pascaoperasi, bayi biasanya membutuhkan alat bantu seperti kacamata atau lensa kontak agar penglihatannya bisa berfungsi dengan lebih baik. Dokter mata akan memberikan panduan penanganan terbaik termasuk mengenai hal ini.

Namun, ada pula katarak kongenital yang penangannya tidak harus dengan operasi. Misalnya katarak yang sangat kecil atau hanya menutupi bagian tepi lensa mata sehingga tidak mengganggu penglihatan. Percayakan kepada dokter mata untuk tindakan terbaiknya. Anda bisa datang ke National Eye Center untuk penanganan lebih lanjut. Disana Anda juga bisa berkonsultasi terkait penyembuhan mata lainnya mulai dari katarak lensa premium dll. Yuk buruan datang sekarang juga![mbk/nlc]

Saksikan juga Video kesehatan mata lainnya