Operasional: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Operasional: Senin - Jumat | 09:00 - 20:00 WIB - Sabtu | 09:00 - 16:00 WIB

Atur jadwal kedatangan terlebih dahulu

5 Profesi yang Tidak Boleh Berkacamata, Lasik Solusinya

profesi tidak boleh berkacamata

Setiap orang yang telah dewasa pasti menginginkan profesi yang menjanjikan. Namun tahukah Anda, ada beberapa profesi yang tidak boleh berkacamata. Mengetahui ini sangat penting. Agar jika Anda bercita-cita mendapatkan profesi tersebut, jauh-jauh hari bisa mempersiapkan diri.

Mempersiapkan diri seperti apa? Ya, berupaya agar terbebas dari kacamata. Apakah bisa sembuh dari mata minus sehingga tidak berkacamata lagi? Bisa! Dengan laser mata alias bedah refraktif. Operasi Lasik.

5 Profesi Tidak Boleh Berkacamata

Setidaknya ada lima profesi yang mensyaratkan tajam penglihatan normal. Sebaiknya tidak berkacamata. Apa saja lima profesi tersebut?

Tentara

Ingin mengabdi menjadi TNI? Pastikan diri Anda tidak berkacamata saat mendaftar. Menjadi TNI, dibutuhkan fisik yang sempurna. Dalam artian sehat wal afiat. Termasuk bebas dari mata minus. Artinya, tidak berkacamata atau lensa kontak.

Akun Twitter resmi TNI Angkatan Udara pernah membahas hal ini.

Polisi

Sama seperti TNI, untuk masuk Polri juga diperlukan fisik yang bagus. Termasuk kondisi tajam penglihatan mata harus baik dan normal. Memang dalam pengumuman syarat pendaftaran tidak ada klausul tidak boleh berkacamata, tetapi pada praktiknya, mata yang normal itu tidak berkacamata.

Oleh karena itu, sebelum mendaftar menjadi polisi, lakukan Lasik terlebih dulu agar terbebas dari kacamata atau lensa kontak.

Pilot

Jika Anda ingin menjadi pilot, sebaiknya bersiaplah mulai sekarang. Sebab, pilot diharuskan memenuhi beberapa syarat terkait penglihatan. Memang tidak ada klausul tidak boleh berkacamata. Namun, membaca syarat-syaratnya, lebih aman jika kelainan refraksi Anda terkoreksi permanen sehingga tidak tergantung dengan kacamata atau lensa konta.

Baca juga: Apakah Lasik Permanen

Menurut Standar Kesehatan dan Sertifikasi atau Medical Certification, seorang pilot harus memenuhi syarat, di antaranya adalah:

Jarak ketajaman visual adalah 20/20 kaki atau 6/6 meter atau lebih bagi setiap mata masing-masing secara terpisah dengan atau tanpa lensa kontak atau koreksi.

Jika memakai kacamata atau lensa kontak, maka orang tersebut memenuhi syarat hanya dalam kondisi saat menggunakannya. Tentu akan sangat repot ketika kacamatanya tertinggal atau lupa, bukan?

Jadi, memang tidak ada redaksi yang menyatakan tidak boleh berkacamata. Namun pernahkah Anda melihat pilot berkacamata minus?

Staf Penerbangan

Penerbangan merupakan industri yang tanggungjawabnya sangat besar. Tidak hanya bertanggungjawab atas keselamatan satu atau dua orang tetapi ratusan ribu hingga jutaan orang. Karenanya, staf penerbangan harus memiliki penglihatan yang jelas. Tidak boleh buta warna.

Demikian pula, mata minus (miopia), juga mengganggu penglihatan. Sehingga untuk masuk menjadi staf penerbangan, pastikan bebas dari mata minus dan kacamata.

Atlet

Memang tidak semua atlet tidak boleh berkacamata. Tapi coba bayangkan, bagaimana jika atlet renang, sepak bola, atau bulu tangkis berkacamata. Tidak pernah lihat kan? Sebab tentu berkacamata akan mengganggu kinerja dan prestasinya.

Karenanya, jika ingin menjadi atlet berprestasi, pastikan penglihatan normal sehingga tidak perlu berkacamata. Bagaimana jika terlanjur minus? Nah, kita bahas bagaimana cara mengatasinya.

Lasik Sebagai Solusi

Kelainan refraksi –baik itu rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropi), silinder (astigmatisme)- tidak bisa dihilangkan dengan herbal atau obat-obatan. Namun bukan berarti tidak bisa dikoreksi secara permanen. Lasik adalah solusinya.

Lasik adalah singkatan dari Laser Assisted In-Situ Keratomielusis. Sebenarnya, Lasik adalah salah satu metode dari Laser Vision Correction (LVC). Yakni prosedur operasi laser untuk mengoreksi kelainan refraksi sehingga terbebas dari kacamata dan lensa kontak. LVC sendiri ada tiga metode yakni PRK, Femto Lasik, dan Relex Smile.

Prosedur LVC  adalah dengan membentuk kembali kornea menggunakan teknologi laser. Meskipun hanya berlangsung beberapa detik, teknologi laser ini sangat akurat merekonstruksi kornea sehingga kelengkungannya tepat. Akibatnya, mata bisa memfokuskan cahaya ke retina dengan tepat.

PRK atau Lasek

PRK (Photorefractive Keratectomy) merupakan generasi pertama LVC. Kendati demikian, hingga kini PRK masih digunakan sebagai salah satu prosedur bedah refraktif. Terutama untuk pasien dengan kondisi mata tertentu.

PRK juga dikenal sebagai Lasek. Prosedurnya dilakukan dengan ablasi atau melepas permukaan kornea. Tanpa membuat flap.

prk

Femto Lasik

Femto Lasik merupakan metode LVC yang lebih canggih daripada PRK. Generasi kedua LVC ini operasinya berlangsung lebih singkat, minim rasa sakit, dan pemulihannya juga cepat. Prosedurnya dengan membuat flap pada kornea dengan teknologi femtosecond laser. Flap itu kemudian dibuka dan dilakukan pengikisan kornea dengan teknologi excimer laser.

Selain keunggulan di atas, efek terjadinya mata kering pasca lasik lebih ringan daripada PRK.

femto lasik

Relex Smile

Relex Smile (Refractive Lenticule Extraction – Small Incision Lenticule Extraction) lebih canggih lagi. Ia merupakan generasi ketiga LVC. Prosedurnya tanpa flap, hanya membutuhkan sedikit sayatan (2-4mm) sehingga rasa sakitnya hampir tidak terasa.

Selain tidak terasa sakit dan pemulihannya sangat cepat, Relex Smile juga dapat meminimalisasi efek samping pasca operasi seperti mata kering. Secara keseluruhan, prosedur Relex Smile cenderung sangat nyaman dan proses recovery sangat cepat.

relex smile

Saking cepatnya proses recovery Relex Smile, lasik advisor National Lasik Center (NLC) dr. Harka Prasetya, SpM(K) mengatakan, “Pagi Anda operasi Relex SMILE, sore Anda bisa berlatih tinju.” []