Operasional: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Operasional: Senin - Jumat | 09:00 - 20:00 WIB - Sabtu | 09:00 - 16:00 WIB

Atur jadwal kedatangan terlebih dahulu

Sindrom Mata Kering: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

Sindrom mata kering atau dry eye syndrome merupakan salah satu penyakit mata yang paling sering ditemukan di sekitar kita. lantas apa itu sindrom mata kering, apa penyebab dan gejalanya, serta bagaimana cara mengobatinya? Simak selengkapnya di bawah ini!

Apa Itu Sindrom Mata Kering?

Menurut International Dry Eye Workshop (DEWS), sindrom mata kering adalah penyakit air mata dan lapisan permukaan mata yang bersifat multifaktorial dengan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan tirai air mata (tear film) yang berpotensi merusak lapisan permukaan mata.

Sindrom mata kering mengindikasikan kondisi lapisan air mata yang tidak stabil, baik dari kualitas maupun kuantitas. Hal ini tentu saja mengurangi kelembapan mata dan dapat menyebabkan berbagai gejala penyakit mata.

Mata kering merupakan penyakit mata yang paling sering dijumpai terutama pada orang tua. Penelitian pada 2001 menunjukkan, di Indonesia terdapat sindrom mata kering sebanyak 27,5 persen pada usia tua. Mata kering lebih sering muncul pada wanita pascamenopause.

Penyebab Mata Kering

Penyebab mata kering bisa bermacam-macam. Berikut beberapa penyebabnya:

  • Produksi air mata berkurang: Ini dapat terjadi pada orang dengan gangguan hormonal, pada orang tua atau orang yang mengalami penyakit diabetes melitus.
  • Air mata lebih cepat menguap: Hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Misalnya karena terlalu lama menghadap komputer atau smartphone (Computer Vision Syndrome), atau sering terpapar AC / kipas angin.
  • Komposisi air mata yang tidak seimbang.

Risiko lain yang dapat meningkatkan terkena sindrom mata kering di antaranya adalah:

  • Usia lansia
  • Ibu hamil dan menyusui
  • Penggunaan obat atau pil KB
  • Pemakaian lensa kontak
  • Merokok
  • Terapi estrogen pasca menopause
  • Asupan lemak omega3 yang rendah
  • Obat-obatan: antihistamin
  • Connective-tissue disease
  • Terapi radiasi
  • Transplantasi hematopoetik sel punca
  • Defisiensi vitamin A
  • Infeksi hepatitis C
  • Defisiensi androgen

Mata kering juga bisa terjadi setelah operasi lasik mata, terutama pada prosedur Femto Lasik dan PRK. Namun ia akan menurun seiring berjalannya waktu, dan bisa dikurangi dengan obat tetes mata.

Baca juga: Perawatan Setelah Lasik Mata

Gejala Sindrom Mata Kering

Dry eye syndrome memiliki sejumlah gejala. Gejala sindrom mata kering yang paling sering adalah sebagai berikut:

  • Mata merah
  • Mata terasa panas
  • Mata mengganjal seperti berpasir
  • Sulit membuka mata saat bangun tidur
  • Mata mudah lelah
  • Frekuensi berkedip meningkat

Diagnosa Mata Kering

Diagnosa pertama untuk mata kering adalah dengan anamnesa, yakni dokter menanyakan gejala atau keluhan yang pasien alami. Dokter juga akan melakukan screening perihal usia, pekerjaan, kebiasaan seperti penggunaan gadget, konsumsi air putih, serta tingkat paparan AC atau kipas angin.

Kedua, diagnosa dengan slit lamp untuk menentukan apakah itu mata kering atau memang ada iritasi tertentu.

Ketiga, dengan Schimmer Test. Yakni menggunakan kertas khusus yang ditempatkan di kelopak mata bagian bawah. Setelah 5 menit, dihitung berapa volume (mm) air yang membasahi. Normalnya di atas 10 mm, jika kurang dari 10 mm, maka pasien terdiagnosa mata kering.

Tingkatan Mata Kering

Berdasarkan derajat klinis, sindrom mata kering diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat sebagai berikut:

1. Derajat 1 (Ringan)

Pada tingkatan ini terdapat atau sudah muncul gejala dan keluhan mata kering pada kondisi lingkungan normal, tetapi tidak disertai dengan tanda klinis pada pemeriksaan slit lamp. Namun pada pemeriksaan invasif elektrofisiologik, seperti hiperosmolaritas atau sitokin inflamasi menujukkan hasil positif mata kering.

2. Derajat 2 (Sedang)

Selain ada gejala dan keluhan mata kering, pada tingkatan ini juga disertai tanda klinis berupa erosi epitel, keratopati punktata, keratitis filamentosa, dan tear break-up time (TBUT) memendek.

3. Derajat 3 (Berat)

Selain ada gejala dan keluhan mata kering, juga disertai tanda klinis seperti ulkus kornea, kekeruhan kornea, neovaskularisasi kornea atau metaplasia epitel skuamosa.

Cara Mengobati Sindrom Mata Kering

Untuk mengobati sindrom mata kering, yang pertama adalah dengan terapi untuk menghilangkan penyebabnya, untuk kemudian baru disarankan penggunaan obat. Berikut detil langkah yang bisa Anda lakukan jika mengalami mata kering:

  • Melindungi mata dari angin, debu, asap, dan udara dingin. Bagi yang berkendaraan motor, sebaiknya memakai kacamata atau pelindung mata.
  • Berhenti merokok.
  • Hindari pemakaian riasan pada mata. Sebab ia bisa menyebabkan mata kering dan iritasi.
  • Kurangi screen time (menghadap monitor komputer dan layar gadget). Gunakan rule 20-20-20, yakni setelah 20 menit melihat screen, istirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter).
  • Pemberian obat tetes mata untuk melembabkan mata. Obat yang digunakan tentu harus berdasarkan dari resep dokter mata. Bisa digunakan 4—6 kali sehari sesuai resepnya.

Itu tadi merupakan beberapa informasi seputar mata kering. Mulai jaga kesehatan mata, dan pola atau kebiasaan buruk yang dapat memperburuk kualitas indra penglihatan kita. Jika diperlukan, Anda bisa rutin periksa mata secara berkala, untuk mengetahui gangguan dan rekomendasi terbaik untuk menunjang kesehatan mata kita.

Yuk bersama-sama kita jaga kesehatan mata, dan konsultasikan di National Eye Center sekarang!

Referensi:
American Academy of Ophtalmology. Clinical Optics; 2017-2018 Basic and Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2018
Universitas Indonesia Faculty of Medicine. Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: UI Publishing; 2020
dr. Asti Indriani, SpM. 2021. Sindroma Mata Kering. Dalam Eye Knowledge – Things That Must be Mastered to Make Your Patient Happy, Surabaya, 17 April.